Berlebihan Dalam Menampakkan Kesalehan

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDUCZEiVuW114qygFylbZWeZ0l1Xxg-v6wNEadX4BVgfbjzpnnKJlyo4lm620l8-W_TX11HLQm04mbODb4X1y8f5wWigFQdWoNtlH4ijt4QTmpGZI_OFqhRwa-Jz0B5amG-U70ehmf6FkKhWFOG7jDW8cLlz_ksQlSBsY5v7eF_v8JGM6_XhGMIOFng/s400/maulana-sema_opt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="278" data-original-width="400" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDUCZEiVuW114qygFylbZWeZ0l1Xxg-v6wNEadX4BVgfbjzpnnKJlyo4lm620l8-W_TX11HLQm04mbODb4X1y8f5wWigFQdWoNtlH4ijt4QTmpGZI_OFqhRwa-Jz0B5amG-U70ehmf6FkKhWFOG7jDW8cLlz_ksQlSBsY5v7eF_v8JGM6_XhGMIOFng/w400-h278/maulana-sema_opt.jpg" width="400" /></a></div><br />Alkisah, seorang pria yang baru pulang ke rumahnya dikejutkan oleh suara tangisan istrinya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ditanyakan sebabnya, istri menjawab, "Burung-burung di atas pohon itu sering melihatku tanpa hijab dari jendela. Aku takut ini dihitung sebagai maksiat". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendengar jawaban itu, sang suami terenyuh oleh ketaatan istrinya. Dia cium kening sang istri salehah lalu keluar kamar. Dengan sigap dia ambil kapak lalu dia tebang pohon besar di pekarangannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seminggu setelah itu dia pulang lebih awal. Betapa kagetnya dia mendapati istrinya tidur dengan laki-laki lain. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hancur hati sang suami. Dia ambil barang-barang seperlunya lalu pergi sejauh mungkin dari kotanya. Sampailah dia di suatu kota. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terlihat khalayak ramai berkumpul di depan istana kerajaan. Dia bertanya kepada salah satu orang di situ. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jawabnya, "Harta kerajaan kemalingan". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak jauh dari keramaian itu ada seorang kakek bersurban dan berjubah jalan berjinjit. Hal itu menarik perhatiannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia bertanya lagi kepada orang di situ, "Mengapa kakek itu berjalan seperti itu?". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Orang di situ menjawab, "Beliau itu syeikh kota ini. Beliau selalu berjalan seperti itu agar jangan sampai menginjak semut atau satwa apapun di bawah kakinya". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendengar jawaban itu, sang pria meminta agar segera dihadapkan kepada raja. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Aku sudah menemukan pencurinya", kata sang pria. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di hadapan raja pria itu bilang, "Syeikh itulah pencuri harta kerajaanmu". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syeikh pun dipanggil. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah terjadi penyelidikan dan persidangan, akhirnya syeikh mengakui perbuatannya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syeikh pun ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Raja berterima kasih kepada sang pria. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian raja bertanya, "Bagaimana kau bisa tahu bahwa syeikh pencurinya?". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sang pria berkata, "Pengalaman hidup telah mengajariku bahwa orang yang berlebih-lebihan dalam menampakkan kesalehan, pasti dia sedang menutupi keburukannya". </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>

Berlebihan Dalam Menampakkan Kesalehan

Alkisah, seorang pria yang baru pulang ke rumahnya dikejutkan oleh suara tangisan istrinya.  Ditanyakan sebabnya, istri menjawab, "Buru...

Read more »

Divan-i Kebir: Rayakanlah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvNq5G92VqzPt0JTV89OoQ03Hriapn1cV5_QEI4e08SmbqxuIMEXLFIjdyY1BFEVtC1opGFx6KmNWiEUKMsbhFulNcgJQJ1SDMeHQQNzVKV0mTGBEndwNr_tcvL35VdWpdytDibX20Uudn/s1600/dietrich_rumi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="523" data-original-width="500" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvNq5G92VqzPt0JTV89OoQ03Hriapn1cV5_QEI4e08SmbqxuIMEXLFIjdyY1BFEVtC1opGFx6KmNWiEUKMsbhFulNcgJQJ1SDMeHQQNzVKV0mTGBEndwNr_tcvL35VdWpdytDibX20Uudn/s640/dietrich_rumi.jpg" width="611" /></a></div><br /> <div dir="ltr"><i>Perjalanan menyenangkan menuju Yang Esa, Dia lah yang menemani mereka yang sedang berpuasa.</i></div><div dir="ltr"><i>Kupanjat atap, agar dapat kulihat Rembulan. Karena kurindukan berpuasa dengan hati dan jiwa.</i></div><div dir="ltr"><i>Hilang akalku saat kutatap Rembulan. Sang Sultan, rajanya puasa, membuatku mabuk.</i></div><div dir="ltr"><i>Wahai saudaraku kaum Muslim, aku telah mabuk sejak hari aku kehilangan akal.</i></div><div dir="ltr"><i>Sungguh khasanah nan indah tersimpan di dalam puasa.</i></div><div dir="ltr"><i>Sungguh terdapat padanya kemenangan yang mencengangkan.</i></div><div dir="ltr"><i>Ada Rembulan lain yang dirahasiakan selain rembulan yang ini.</i></div><div dir="ltr"><i>Ia tersembunyi di dalam tenda puasa bagaikan seorang Turki.</i></div><div dir="ltr"><i>Siapa saja yang berkehendak mendapatkan panen puasa bulan ini, carilah jalan menuju Rembulan yang itu.</i></div><div dir="ltr"><i>Yang wajahnya sampai pucat, bagaikan satin, memakai puasa sebagai pakaian sutranya.</i></div><div dir="ltr"><i>Bulan ini do'a dikabulkan. Desah mereka yang berpuasa merobek langit.</i></div><div dir="ltr"><i>Lelaki yang duduk dengan sabar di dasar sumur puasa, memenangkan cinta seluruh Mesir, dia lah Yusuf.</i></div><div dir="ltr"><i>Ketika saat santap sahur tiba, diam lah: sehingga mereka yang kenal puasa menikmati berpuasa.</i></div><div dir="ltr"><i>Datang lah, wahai Syamsudin yang pemberani, kebanggaan Tabriz, engkau lah panglima para prajurit, para ahli berpuasa.</i></div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Catatan:</b><br /> [1] Sebuah hadits tentang keutamaan puasa:<br /> <i>"Setiap amal bani Adam teruntuk baginya, kecuali puasa. Puasa itu bagi-Ku, dan Aku lah yang akan memberinya ganjaran dengannya. Dan puasa itu perisai. Apabila salah satu diantaramu berpuasa maka janganlah merusak puasamu dengan berbicara kotor (rafats) atau kasar. Apabila dihina atau diajak bertengkar, maka hendaklah dia berkata, 'saya sedang berpuasa.' </i></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><i>Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak, daripada wanginya kesturi. Dan bagi yang berpuasa ada dua kesenangan yang menggembirakannya: ketika dia berbuka dari puasanya, dia senang; dan ketika dia berjumpa Rabb-nya, dia senang karena puasanya."</i> (Muslim, bab Puasa, no 1944)</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Sumber:</b><br /> <b>Jalaluddin Rumi</b>, <i>Divan-i Kebir</i> ghazal no 2344<br /> Terjemahan ke bahasa Inggris dari bahasa Turki oleh <b>Nevit Ergin</b>; Terjemahan dari bahasa asli, Persia, ke bahasa Turki oleh <b>Golpinarli</b>. </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">Dalam <i>"Mevlana Jelaleddin Rumi; Divan-i Kebir,"</i>Volume 18, 2002.</div>

Divan-i Kebir: Rayakanlah

Perjalanan menyenangkan menuju Yang Esa, Dia lah yang menemani mereka yang sedang berpuasa. Kupanjat atap, agar dapat kulihat Rembulan. Kar...

Read more »

Divan-i Syamsi Tabriz: Berpuasa Menanti Perjamuan-Nya

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM5NtpokZx_l2P-wT4SH9pbeAiPtoXsgCEmazDmoAfyc9Z1IR8MpSMpCFz8Q_ADeVr8IcAP-bgcShlQXzQKcE3Wy0URwEwnChBvnPp7C2K7oj-c0yu3Ks8MxzoxCwSz9etHW9tb2CMCjCp/s1600/derviches_tourneurs___whirling_dervishes_by_baleineau-d5lp1ey.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="727" data-original-width="900" height="516" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM5NtpokZx_l2P-wT4SH9pbeAiPtoXsgCEmazDmoAfyc9Z1IR8MpSMpCFz8Q_ADeVr8IcAP-bgcShlQXzQKcE3Wy0URwEwnChBvnPp7C2K7oj-c0yu3Ks8MxzoxCwSz9etHW9tb2CMCjCp/s640/derviches_tourneurs___whirling_dervishes_by_baleineau-d5lp1ey.jpg" width="640" /></a></div><br /> <div dir="ltr"><i>Ada yang terasa manis tersembunyi di balik laparnya lambung</i></div><div dir="ltr"><i>Insan itu tak ubahnya sebatang seruling. Ketika penuh isi lambung seruling, tak ada desah: rendah atau tinggi yang dihembuskannya.</i></div><div dir="ltr"><i>Jika lambung dan kepalamu terasa terbakar karena berpuasa, apinya akan menghembuskan rintihan dari dadamu.</i></div><div dir="ltr"><i>Melalui api itu akan terbakar seribu hijab dalam sekejap, kau akan melesat naik seribu derajat dalam Jalan dan cita-citamu.</i></div><div dir="ltr"><i>Jaga lah agar lambungmu kosong. Merintih lah bagai sebatang seruling dan sampaikan keperluanmu kepada Rabb.</i></div><div dir="ltr"><i>Jaga lah agar lambungmu kosong hingga dapat kau lantunkan bermacam rahasia layaknya sebatang seruling.</i></div><div dir="ltr"><i>Jika lambungmu selalu penuh Setan yang akan menanti dikebangkitanmu dan bukannya Akal Sejati-mu, di rumah berhala dan bukannya di Ka'bah.</i></div><div dir="ltr"><i>Ketika engkau berpuasa, akhlak yang baik berkumpul di sekitarmu, bagaikan pembantu, budak dan penjaga.</i></div><div dir="ltr"><i>Teruskan lah berpuasa, karena ia adalah segel Sulaiman. Jangan serahkan segel itu kepada Setan, yang dapat membuat kerajaanmu kacau.</i></div><div dir="ltr"><i>Dan jika sempat kerajaan dan bala-tentaramu tinggalkan dirimu, mereka akan kembali, jika kau tegakkan lagi panjimu dengan berpuasa.</i></div><div dir="ltr"><i>Hidangan dari langit, al-Maidah, telah tiba bagi mereka yang berpuasa. Isa ibn Maryam telah menurunkannya dengan do'anya.</i></div><div dir="ltr"><i>Tunggu lah Meja Perjamuan, al-Maidah, dari Yang Maha Pemurah dengan puasamu: sungguh tak pantas membandingkan hidangan dari langit dengan sederhananya sup sayuranmu.</i></div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Catatan:</b><br /> "Al-Maidah" nama surat ke 5 dari al-Qur'an Suci, menyampaikan rujukan terkait bahasan di atas, pada ayat-ayat:</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><i>(112) (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan maidah dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman".</i></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><i>(113) Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".</i></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><i>(114) Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu maidah dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama".</i></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><i>(115) Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".</i></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Sumber:</b><br /> <b>Jalaluddin Rumi</b>, <i>Divan-i Syams </i>ghazal 1739.<br /> dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh <b>William C. Chittick</b> dalam <i>"The Sufi Path of Love"</i> SUNY Press, Albany, 1983.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">dan dari terjemahan ke Bahasa Inggris oleh <b>A.J. Arberry</b> dalam <i>"Mystical Poems of Rumi 2"</i> The University of Chicago Press, 1991.</div>

Divan-i Syamsi Tabriz: Berpuasa Menanti Perjamuan-Nya

Ada yang terasa manis tersembunyi di balik laparnya lambung Insan itu tak ubahnya sebatang seruling. Ketika penuh isi lambung seruling, tak...

Read more »

Matsnawi: Rintihan Seruling Bambu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9USrd9T0U0rrfHuoDW7SMX4xBVbrLw1hdUV5SjLcHrbVFMLSs3vi5S_hsp-kQZ4D_v6SVVzpLOInwV8Q6RYyjh8P-CqIpMInRSLW9TdKslrHipDxx64PDk3_YJRVV40pZrCc1LrVa7aX/s1600/dervesh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="290" data-original-width="401" height="462" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9USrd9T0U0rrfHuoDW7SMX4xBVbrLw1hdUV5SjLcHrbVFMLSs3vi5S_hsp-kQZ4D_v6SVVzpLOInwV8Q6RYyjh8P-CqIpMInRSLW9TdKslrHipDxx64PDk3_YJRVV40pZrCc1LrVa7aX/s640/dervesh.jpg" width="640" /></a></div><br /> <div dir="ltr"><i>Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya, lantunkan perihnya perpisahan:</i></div><div dir="ltr"><i>"Sejak direnggut aku dari rumpunku dulu, ratapan pedihku telah membuat berlinang air-mata orang. Kuseru mereka yang tersayat hatinya karena perpisahan.</i></div><div dir="ltr"><i>Karena hanya mereka yang pahami sakitnya kerinduan ini. Mereka yang tercerabut dari tanah-airnya merindukan saat mereka kembali.</i></div><div dir="ltr"><i>Dalam setiap pertemuan, bersama mereka yang tengah gembira atau sedih, kudesahkan ratapan yang sama.</i></div><div dir="ltr"><i>Masing-masing orang hanya dapat mendengar sesuai pengetahuannya sendiri-sendiri.</i></div><div dir="ltr"><i>Tak ada yang mencari lebih dalam tentang rahasia didalam diriku.</i></div><div dir="ltr"><i>Rahasiaku tersembunyi didalam rintihanku, mata-telinga tak bercahaya takkan mampu memahaminya."</i></div><div dir="ltr"><i>Desah seruling bersumber dari api, bukannya angin.</i></div><div dir="ltr"><i>Apa gunanya hidup seseorang yang tak lagi ada apinya?</i></div><div dir="ltr"><i>Adalah api cinta yang menghidupkan nyanyian sang seruling.</i></div><div dir="ltr"><i>Adalah ragi cinta yang membuat anggur terasa lezat.</i></div><div dir="ltr"><i>Lantunan seruling mengobati hati yang perih karena cinta yang hilang.</i></div><div dir="ltr"><i>Lagunya menyapu hijab yang menyelubungi hati.</i></div><div dir="ltr"><i>Adakah racun yang lebih pahit atau gula yang lebih manis daripada nyanyian seruling bambu?</i></div><div dir="ltr"><i>Agar dapat kau dengar nanyian seruling itu mesti kau tanggalkan semua hal yang pernah kau ketahui.</i></div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Catatan:</b><br /> Matsnavi-nya Rumi dimulai dengan puisi ini. Kerinduan seruling: diri sang pencari yang telah kosong dari tabiat rendah dan hawa-nafsunya sendiri hanyalah bertemu dengan Penciptanya. Ia berhembus dibalik setiap niat dan amalnya. Kerinduan yang mengalir di segenap bagian Matsnavi.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Sumber:</b><br /> <b>Jalaluddin Rumi</b>, <i>Matsnavi</i> I: 1-18.<br /> Berdasarkan versi terjemahan oleh Jonathan Star, <i>"Rumi-In the Arms of the Beloved."</i> Jeremy P. Tarcher/ Putnam, New York, 1997.<br /> Berdasarkan terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Reynold A. Nicholoson.</div>

Matsnawi: Rintihan Seruling Bambu

Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya, lantunkan perihnya perpisahan: "Sejak direnggut aku dari rumpunku dulu, ratapa...

Read more »

Rubaiyat: Rahasia Kebenaran

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN7bKZBdYPjIAvx9Lb6EDl20U43vDEUQAIf-nXaVtgagxqPrqL62EcKGayMW7DRujnpDrXyy0Ef7EMi8z0ldd6pLoDxONp1B5IHq-WXLGOHo-diSd8ZBV1pZUYfx2b4DRmH30qVfoNLCdv/s1600/darwis+sufi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="346" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN7bKZBdYPjIAvx9Lb6EDl20U43vDEUQAIf-nXaVtgagxqPrqL62EcKGayMW7DRujnpDrXyy0Ef7EMi8z0ldd6pLoDxONp1B5IHq-WXLGOHo-diSd8ZBV1pZUYfx2b4DRmH30qVfoNLCdv/s640/darwis+sufi.jpg" width="552" /></a></div><br /> <div dir="ltr"><i>Rahasia kebenaran takkan terbuka karena banyaknya mengajukan pertanyaan; tak pula karena menyerahkan seluruh harta dan kehormatan;</i></div><div dir="ltr"><i>tapi hanya ketika telah lewat usiamu lima-puluh tahun; saat hati dan matamu telah memerah-darah.</i></div><div dir="ltr"><i>Dari semua perbincangan ini, tak seorang pun menemukan jalan menuju peleburan.</i></div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr"><b>Sumber:</b><br /> <b>Jalaluddin Rumi</b>, <i>Rubaiyat</i> F#1088<br /> Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh <b>Kabir Helminski</b>.</div>

Rubaiyat: Rahasia Kebenaran

Rahasia kebenaran takkan terbuka karena banyaknya mengajukan pertanyaan; tak pula karena menyerahkan seluruh harta dan kehormatan; tapi han...

Read more »

Divan-i Syamsi Tabriz: Harapan Telah Tiba

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKyfCbdnTM3FjrQgmSXoIUeLpQszriej0brlnnS9cM8rzPWiv7DUDxWTSdFFCaVp9MmYLkw-R8lFQfFKqdKhpCqhJidDPvG_M1FsF7IhJRNtawERguGjaVwO3XtAYPQE4qyjxJKG4upS0q/s1600/darvish_sufi_dance_by_kaambiz-d6pllxf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="680" data-original-width="1024" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKyfCbdnTM3FjrQgmSXoIUeLpQszriej0brlnnS9cM8rzPWiv7DUDxWTSdFFCaVp9MmYLkw-R8lFQfFKqdKhpCqhJidDPvG_M1FsF7IhJRNtawERguGjaVwO3XtAYPQE4qyjxJKG4upS0q/s640/darvish_sufi_dance_by_kaambiz-d6pllxf.jpg" width="640" /></a></div><br /> <div dir="ltr"><i>Wahai jiwaku, jangan lah berputus-asa, harapan telah datang.</i></div><div dir="ltr"><i>Yang Maha Pengasih, harapan setiap jiwa, telah tampil dari semesta tak-nampak.</i></div><div dir="ltr"><i>Jangan lah berputus-asa, walau Siti Maryam tak lagi genggam jemarimu, cahaya yang menarik Isa ke langit telah tiba.</i></div><div dir="ltr"><i>Jangan lah berputus-asa, wahai jiwaku, walau pun gelap sumur-penjara-mu kini, sang Raja yang membebaskan Yusuf telah datang.</i></div><div dir="ltr"><i>Ya'qub telah membuka hijab uzlahnya. Yusuf yang menyingkap hijab Zulaikha telah tiba.</i></div><div dir="ltr"><i>Wahai engkau yang habiskan malam hingga fajar, dalam rintihan, "Wahai Rabb;" yang Maha Pengasih mendengar permohonanmu itu, dan telah datang.</i></div><div dir="ltr"><i>Wahai sakit, yang telah menua bersamamu, bergembira lah, obatmu telah tiba.</i></div><div dir="ltr"><i>Wahai gerbang nan rapat terkunci, terbuka lah, karena kunci telah datang.</i></div><div dir="ltr"><i>Engkau yang telah berpuasa, menahan diri dari Meja Perjamuan, berbuka lah dengan gembira, karena hari pertama pesta telah tiba.</i></div><div dir="ltr"><i>Diam lah, tetap lah diam; karena dengan keagungan perintah "Kun!" diamnya ketakjubanmu telah mengatasi semua pembicaraan.</i></div><div dir="ltr"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Catatan:</b><br /> <i>"Al-Maidah"</i> (Hidangan) yang menjadi nama surat ke 5 dari al-Qur'an Suci, menyampaikan rujukan terkait bahasan di atas, pada ayat-ayat:</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">(112) (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: <i>"Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan maidah dari langit kepada kami?"</i>. Isa menjawab: <i>"Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman"</i>.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">(113) Mereka berkata: <i>"Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu"</i>.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">(114) Isa putera Maryam berdoa: <i>"Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu maidah dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama"</i>.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">(115) Allah berfirman: <i>"Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia"</i>.</div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /> </div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><b>Sumber:</b><br /> <b>Jalaluddin Rumi</b>, <i>Divan-i Syamsi Tabriz</i> Ghazal 631<br /> Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh <b>A.J. Arberry</b>dalam <i>"Mystical Poems of Rumi,"</i> 1968.</div>

Divan-i Syamsi Tabriz: Harapan Telah Tiba

Wahai jiwaku, jangan lah berputus-asa, harapan telah datang. Yang Maha Pengasih, harapan setiap jiwa, telah tampil dari semesta tak-nampak....

Read more »