Jika pohon punya sayap atau kaki,
tentulah ia bisa bergerak,
sehingga tak diterimanya sakit dari mata gergaji
atau dari pukulan kampak.
Dan jika matahari tak bergegas ketika
malam tiba, bagaimanakah bumi akan diterangi
ketika fajar merekah.
Dan jika air tidak menguap dari laut ke langit,
kapankah taman akan dialiri sungai
dan dibasahi hujan.
Ketika setitik benih bergerak dari sumbernya
ke tujuan, ditemukannya rumahnya, dan
lalu menjadi sebutir mutiara.
Bukankah Yusuf, walau sambil berlinang air-mata,
mengembara meninggalkan ayahnya.
Bukankah dalam pengembaraan itu,
dia menemukan kerajaan, ketenaran dan kemenangan?
Bukankah Mustapha berhijrah,
dan di Madinah memperoleh kedaulatan,
dan menjadi tuan dari berbagai negeri?
Kalaupun kaki tak engkau miliki,
tempuhlah hijrah di dalam dirimu sendiri,
(Itu) bagaikan tambang merah-delima mulai
tersingkap oleh secercah cahaya matahari.
Wahai pencari, berhijrahlah,
keluar dari kampung halamanmu, menuju
ke kedalaman dirimu sendiri.
Karena dengan hijrah seperti itu,
bumi menjadi tambang emas.
Dari yang semula masam dan pahit,
berkembanglah menjadi sesuatu yang manis.
Bahkan dari tanah yang tandus,
tumbuh berbagai jenis buah-buahan.
Lihatlah kejaiban ini,
yang tergelar di bawah matahari kebanggaan Tabriz.
Karena semua pohon mendapatkan keindahannya
dari cahaya matahari.
Sumber:
Rumi: Divan Syamsi Tabriz no 27, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson)
ngrumi.blogspot.com
Post a Comment Disqus Facebook