Manakala tahu para tabib tidak dapat menyembuhkan gadis itu, maka segeralah baginda lari bertelanjang kaki menuju masjid.
Begitu masuk ke dalam masjid, baginda langsung menuju mihrab untuk salat: sajadah permadani di depannya segera basah digenangi air matanya.
Karena khusyuk, baginda karam dalam wajd, lalu membuka bibir dan memanjatkan doa dan pujian-pujian yang indah.
“O, Kau yang anugrah-Mu paling sedikit adalah kerajaan dunia, apakah yang harus kuucapkan, karena kaulah yang Maha Mengetahui segala perkara yang tersembunyi?
Kaulah tempat kami memilih perlindungan sesuai keperluan kami, sekali lagi kami telah sesat jalan.
Tetapi engkau berfirman,”Sesungguhnya Aku mengetahui rahasiamu dan perbuatan lahirmu memberi pertanda.”
Tatkala raja memohon dengan menarik suara yang kuat dari lubuk hatinya, laut kemurahan pun mengangkat naik gelombangnya.
Setelah menangis matanya mengantuk. Dalam tidurnya raja bermimpi ada seorang lelaki tua datang menghampirinya,
Dan berkata, “Kabar baik wahai raja! Permohonanmu dikabulkan. Apabila besok ada orang asing menemui Anda, orang itulah utusanku.
Dia seorang tabib yang ulung, sambutlah ia dengan tulus karena dia adalah orang yang amat terpercaya dan benar.
Dalam obatnya akan kau lihat keajaiban yang sebenarnya, dalam tabiatnya akan kau lihat bukti kebesaran Tuhan.”
Tatkala jam yang dijanjikan tiba dan pagi mulai merekah serta matahati terbit dari ufuk timur membakar bintang-bintang,
Raja pun bersiap di atas menara, menunggu untuk menyaksikan peristiwa ajaib yang disaksikan dalam mimpinya.
Maka tampaklah kini lelaki yang sangat piawai dan terhormat sedang berjalan, sebuah matahari terbit diantara kumpulan awan hitam.
Orang itu datang dari jauh, bagaikan bulan yang baru muncul, ramping dan berkilauan: ia tidak wujud, wujudnya khayali semata.
Dalam rohnya tak ada khayalan, namun lihat! Betapa kemudian alam tiba-tiba berubah menjadi khayalan.
Damai dan perang berubah menjadi khayalan, kebanggaan dan rasa malu terbit dari khayalan.
Namun, semua khayalan yang menjerat para aulia ialah bayangan seorang molek yang berasal dari Taman Ilahi.
Pada wajah tamu asing itu, nampaklah khayalan yang disaksikan raja dalam mimpinya.
Dengan mendahului pembesar lain, raja tampil ke depan untuk menyambut tamunya yang datang dari Yang gaib.
Mereka berdua ialah pelaut yang mahir berenang, jiwa mereka ialah kain tenunan yang tidak dijahit.
Raja berkata, “Kau ialah kekasihku. Dia bukan kekasihku, tetapi di dunia ini perbuatan berasal dari perbuatan juga.
O, kau yang bagiku bagaikan Mustafa, sedangkan aku ialah Umarnya, akan kuikat pinggangku untuk melayanimu.”
Post a Comment Disqus Facebook