Rumi Sufi

0


Ada sebuah danau terpencil yang diasupi oleh sungai kecil nan mengalir. Di danau ini terdapat tiga ekor ikan: satu amat bijak, satu agak bijak, dan satu pandir. 

Suatu hari beberapa nelayan melewati danau itu dan, setelah melihat ikan, cepat-cepat pulang untuk mengambil jala mereka. 

Ikan pun telah melihat para nelayan itu dan merasa sangat gelisah. Ikan nan amat bijak, tanpa menunda-nunda, meninggalkan danau itu dan mencari perlindungan di sungai mengalir yang berhubungan dengan danau itu, sehingga ia lolos dari bahaya yang akan terjadi. 

Ikan nan setengah bijak menunda tanpa melakukan apa-apa sampai para nelayan itu benar-benar tampak dengan jala mereka. Ia lalu mengambang di permukaan air seraya berpura-pura mati. 

Seorang nelayan mengambilnya dan melemparnya ke sungai. Selamatlah hidup si ikan dengan nasihat ini. 

Namun, ikan nan pandir tak berbuat apa-apa selain berenang dengan liar ke sana ke mari lalu tertangkap dan dibunuh oleh para nelayan.
_________

Penjelasan Rumi dengan bait syairnya.

Tanda-Tanda Orang Bijak, Orang Setengah Bijak, dan Orang Pandir

Orang bijak adalah orang yang memiliki obor sendiri;
ia adalah pemandu dan pemimpin kafilah.
Pemimpin itu adalah pengarah dan cahayanya sendiri;
orang yang diterangi itu mengikuti petunjuknya sendiri.
Ia adalah pelindungnya sendiri; 
kau juga carilah perlindungan dari cahaya tempat jiwanya terpelihara.

Orang kedua, yaitu orang setengah bijak,
tahu bahwa orang bijak adalah cahaya matanya.
Ia berpegang pada orang bijak 
seperti orang buta pada penuntunnya,
supaya dapat meraih pandangan sang bijak.

Si pandir, yang tak punya kebijaksanaan sama sekali,
tidak memiliki kebijaksanaan sendiri
dan mengabaikan orang bijak.
Ia tak tahu apa-apa tentang jalan,
sedikit ataupun banyak,
namun merasa malu untuk mengikuti langkah pemandu.

Ia menggeluyur di gurun tak bertepi,
kadang berhenti dan putus asa, kadang berlari,
ia tak punya lentera untuk menerangi dirinya di jalan,
tidak pula setengah lentera yang dapat mengenali dan mencari cahaya.

Ia tak punya kebijaksanaan, 
untuk bisa membanggakan kehidupannya.
Ia tak punya separuh kebijaksanaan, 
untuk bisa merasa mati.

Orang separuh bijak itu
menjadi bagai orang nan sepenuhnya mati,
agar ia dapat bangkit keluar dari keterpurukannya.

Jika kau tak punya kebijaksanaan sempurna,
jadikanlah dirimu bagai mati dibawah bayangan sang bijak,
yang kata-katanya memberi kehidupan.

Si pandir tidak hidup untuk bisa menjadi sahabat Isa
dan tidak juga mati untuk bisa merasakan kekuatan napas Isa,
Jiwa butanya menggeluyur ke segala arah
dan akhirnya ia membuat mata air,
namun tak memancar keluar.

***
Ref:
Jalaluddin Rumi. 2019. Matsnawi - Bait-bait Ilahi untuk Pendidikan Ruhani. Penerbit: Zaman. Hal 351-352.

Kisah 3 Ekor Ikan dalam format Video Naratif dapat disimak melalui: YOUTUBE MISTIKUS CHANNEL | Yuk SUBSCRIBE, Klik dibawah ini:







Terima kasih telah membaca Kisah 3 Ekor Ikan | Silahkan share Kisah 3 Ekor Ikan melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top