Rumi Sufi

0
Divan-i Syamsi Tabriz
Pernah kuberada di taman-Mu,
di bawah pohon,
yang kabulkan semua keinginan.

Sepenuh diriku terbakar,
sehingga ku menari tanpa musik.

Kini aku sesosok bayangan,
kumenari seiring cahaya Matahari:
kadang kuberbaring di tanah,
kadang kuberdiri-terbalik, di atas kepalaku;
kadang aku memanjang,
kadang aku memendek.

Bagai gerakan cahaya dan bayangan,
melintas permukaan bumi,
kujelajahi zaman.

Aku lah pangeran Mesir,
dan pemandu Bangsa Israil.
Bagi para ulama,
aku lah sang Pembawa Sabda.

Terkadang aku jadi Kalam.
Terkadang aku jadi tongkat di tangan Musa.

Terkadang aku jadi naga,
membelah jalanku menerobos gurun.

Jangan pernah cari Cinta,
dengan bersandar pada tongkat-kayu fikiran;
guna tongkat-kayu itu,
hanya untuk memandu jalan orang buta.

Yang kudamba hanyalah isyarat-Mu:
satu anggukan dari-Mu,
maka jiwaku kan bebas.

Tidaklah dari sini kuberasal,
aku pengelana yang singgah sejenak.
Tersaruk berjalan,
buta, tak tentu arah.

Mendamba uluran tangan-Mu,
membimbingku, melangkah.



Sumber:
Rumi, Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 1603
Berdasarkan versi Jonathan Star, dalam A Garden Beyond Paradise: The Mystical Poetry of Rumi, Bantam Books, 1992.
http://ngrumi.blogspot.com

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Rumi Sufi Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





Terima kasih telah membaca Tongkat Musa | Silahkan share Tongkat Musa melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top