Suatu malam seorang berseru ”Allah!” berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis oleh puji-pujian bagi-Nya.
Setan berkata, ”Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban ’Aku di sini’ (labbayka) atas semua seruan ’Allah’ ini?
Tak satu pun jawaban yang datang dari ’Arsy: berapa lama kau akan berkata ’Allah’ dengan wajah suram?
Ia pun patah hati dan berbaring tidur: dalam mimpi dia melihat Nabi Khidir di antara dedaunan,
Yang berkata, ”Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan: mengapa engkau sesali zikirmu kepada-Nya?”
Dia menjawab, ”Karena tak datang jawaban ’Aku di sini’: aku takut diriku dijauhi dari Pintu-Nya.”
Nabi Khidir menyahut, ”Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya ’Allah’ dalam zikirmu adalah ”Aku di sini’-Ku, dan sesungguhnya permohonan dan duka
Dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu. Ketakutan dan cintamu adalah jerat untuk menangkap Karunia-Ku:
Di balik setiap ’O Tuhan’-Mu selalu ada ”Aku di sini’ dari-Ku.”
Maulana Jalaluddin Rumi, Matsnawi III, 189
Post a Comment Disqus Facebook