Replika isi rumah Jalaluddin Rumi di Konya |
Berbicara mengenai sufi, tentu tidak dapat kita lepaskan dari salah satu perintisnya, yaitu Jalaluddin Rumi. Ia mengajarkan bahwa segala hal di dunia adalah jelmaan Tuhan. Bahkan hal-hal yang sifatnya saling bertentangan seperti cantik-buruk, jahat-baik, kaya-miskin, salah-benar, hitam-putih, semuanya adalah sama sebagai bentuk perwujudan sifat Tuhan. Prinsip dasarnya adalah mencintai Tuhan dengan cara melihat-Nya dari sudut pandang manusiawi sebagai gabungan dari keseluruhan ciptaan-Nya, dan tidak menjatuhkan atau menyudutkan siapa pun sebagai sosok yang bersalah.
Karena kemuliaan ajarannya itulah, Sri Paus Yohanes XXIII membungkuk sebagai tanda hormat kepadanya atas nama dunia Gereja Katolik Roma. Penyair termasyhur Jerman, Goethe, terinspirasi oleh terjemahan puisi-puisi Rumi dalam bahasa Jerman dalam menulis salah satu karyanya. Mahatma Gandhi juga pengagum berat Mevlana (dalam bahasa Indonesia menjadi Maulana), julukan untuk sang sufi. Karya-karya asli Rumi, selain disimpan di Perpustakaan Topkapi Palace, Istanbul, juga disimpan di Perpustakaan Pierpoint Morgan di New York.
Konya, Pusat Ajaran Rumi
salah satu sudut kota Konya yang bersih dan rapi |
Rasa kekaguman dan penasaran itu membawa saya melanglang menuju Konya, sebuah kota tua terbesar di Turki yang ada sejak zaman Hittit sekitar 4000 tahun yang lalu. Mencapai Konya sangatlah mudah, karena banyak bus AC antarkota yang nyaman tersedia di terminal bus di Istanbul maupun Ankara. Waktu itu saya berangkat dari Ankara yang memakan waktu sekitar 2 jam. Sebagai pusat pergerakan partai Islam Refah, Konya merupakan salah satu kota di Turki yang masih kental dengan nuansa Islam. Apalagi, di sini terdapat tempat tinggal sekaligus makam Jalaluddin Rumi, yang hingga kini masih rutin dikunjungi oleh peziarah lokal, yang mencapai 1,5 juta orang pertahunnya, maupun wisatawan asing seperti dari Italia dan Jerman.
Tempat tinggal dan makam tersebut terletak dalam satu kompleks museum yang disebut Mevlâna Müzesi, atau Museum Jalaluddin Rumi. Mevlana atau Maulana merupakan julukan yang diberikan oleh murid-muridnya, yang berarti Pembimbing Kami.
Jalaluddin Rumi sebenarnya dilahirkan di Afghanistan pada tahun 1207. Lalu ia melarikan diri ke Iran bersama keluarganya dari invasi tentara Mongolia. Setelah melakukan perjalanan haji ke Mekkah, mereka pindah ke Erzincan dan beberapa kota lainnya di Turki, sebelum akhirnya menempati Konya atas permintaan pimpinan Bani Seljuk, Alaeddin Keykubad.
antologi puisi yang ditulis oleh salah seorang sufi pada tahun 1648 |
Lahirnya Ajaran Sufi
Ayah Rumi adalah seorang alim ulama terpandang dan disegani. Kemudian, tahun 1244 menjadi titik balik kehidupan Rumi ketika ia bertemu seorang pengembara sufi yang juga murid ayahnya, Syamsuddin Muhammad Tebrizi. Rumi banyak belajar tentang sufi dari Syems, panggilan akrab Syamsuddin, dan sering menghabiskan waktu bersamanya, yang menimbulkan kecemburuan di kalangan murid-murid Rumi. Konon, Syems kemudian dibunuh, tetapi versi lain menyebutkan Syems bersembunyi, yang membuat Rumi sangat terpukul, sehingga ia mengasingkan diri dari dunia luar. Dalam pengasingannya itu ia menulis karya puisi Mathnawi dan beberapa kumpulan puisi lainnya yang ditulis dalam bahasa Persia.
Intisari dari ajaran sufinya dirangkum dalam untaian kalimat puitis berikut:
Come, whoever you may be, even if you may be, an infidel, a pagan, or a fire-worshipper, come. Ours is not a brotherhood of despair. Even if you have broken, your vows of repentance a hundred times, come.
(Kemarilah, siapa pun dirimu, bahkan jika kamu seorang pengkhianat, penyembah berhala, atau penyembah api, kemarilah. Persaudaraan kita tidaklah sia-sia. Bahkan, meski kamu mengingkari, sumpah-sumpah penyesalanmu beratus-ratus kali, kemarilah).
Rumi meninggal pada tahun 1273. Kematiannya menyebabkan penduduk Konya berkabung selama empat puluh hari. Putranya, Sultan Veled, mengumpulkan para pengikut Rui dalam suatu kelompok persaudaraan yang disebut Mevlevi, atau whirling dervishes. Ciri khas mereka mengenakan kemeja lengan panjang dan rok panjang yang melebar ke bawah, serta topi berbentuk silinder panjang. Disebut whirling karena dalam upacara tarian sufi, mereka melakukan putaran yang menyebabkan rok mereka ikut berputar dan mengembang.
Mevlana Museum dengan kubah kerucut warna turkoas yang menyembul di tengah |
Kompleks Mevlana Museum
Memasuki kawasan museum ini akan terlihat ciri khas bangunannya berupa sebuah kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) diapit kubah-kubah bundar lainnya. Setelah melewati sebuah kolam yang dikelilingi pagar dan digunakan sebagai tempat berwudhu (airnya yang segar juga bisa diminum!), saya memasuki sebuah bangunan tempat diletakkannya kuburan Rumi beserta murid-murid dan putranya.
makam Jalaluddin Rumi yang kainnya disulam dengan benang emas |
Sebelum masuk, para pengunjung harus terlebih dahulu melepas alas kaki dan menutupi telapak kaki dengan kantung plastik yang tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di dalam kompleks makam. Persis di samping kiri sebelah pintu masuk makam terdapat sebuah kendi besar berwarna keperakan, disebut Nisantasi, atau April Bowl, yang konon dulunya diisi dengan air hujan yang jatuh pada bulan April dan dianggap suci. Para petani menggunakannya untuk keperluan tanah pertaniannya.
Menuju lebih jauh ke dalam saya harus berdesak-desakan dengan banyak pengunjung lainnya, terutama penduduk lokal, yang berebut ingin memanjatkan do’a dan permohonan kepada arwah sang guru besar sufi. Sayang memang apabila tempat yang suci ini digunakan untuk hal-hal syirik. Begitu pula dengan kolam tempat berwudhu di luar makam, yang dilempari koin oleh para pengunjung seraya berharap do’a dan impian mereka terkabul.
kolam air untuk berwudhu di kompleks Mevlana Museum. Airnya bisa diminum. |
Semua makam tokoh-tokoh sufi ini ditutupi dengan kain yang disulam dengan benang emas, akan tetapi makam Rumi dan putranya ditandai dengan dua buah turban besar di salah satu ujungnya, sebagai simbol penguasa dunia spiritual.
Di dalam bangunan tersebut kita juga bisa melihat beberapa barang peninggalan sultan-sultan kerajaan sultan-sultan kerajaan Ottoman (atau Utsmaniyah), karena Raja Mehmet The Conqueror serta Raja Süleyman The Great adalah pengikut ajaran Mevlevi. Selain itu juga terdapat baju-baju yang pernah dipakai oleh Rumi, alat-alat musik seperti flute dan baglama, Al-Qur’an peninggalan kekaisaran Ottoman, dan kain-kain sajadah.
kotak yang konon berisi guntingan rambut Nabi Muhammad SAW |
Namun, yang paling menarik perhatian saya adalah sebuah kotak kecil yang konon berisi potongan rambut Nabi Muhammad SAW. Entah bagaimana ceritanya Rumi atau tokoh sufi lainnya bisa bertemu beliau (karena minimnya informasi dalam bahasa Inggris), tetapi bisa jadi benda yang ada di dalam kotak yang selalu wangi tersebut benar-benar rambut Rasulullah… wallahu a’lam. (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/08/15/napak-tilas-jejak-sang-sufi-jalaluddin-rumi-583887.html)
Post a Comment Disqus Facebook