Bukanlah aku,
seperti seekor singa perkasa,
mampu tundukkan musuh-musuhku.
Jika ku dapat
tundukkan diriku sendiri,
cukuplah itu bagiku.
Sungguhpun aku,
serendah-hitam tanah,
karena yang kurawat
adalah sebutir bibit
bernama Cinta,
kan kutumbuh-kembangkan
bunga lily putih di padang rumput.
Ketika aku dalam gelap gulita
merintihkan perpisahan,
selalu ku yakin
aku akan menembus,
menebarkan cahaya,
di tengah gelapnya malam.
Ada api bernyala dalam diriku,
walau ragaku pucat dan lusuh.
Karena aku akan membubung naik,
bagai asap,
keluar menembus penjaraku.
Aku seorang anak kecil,
guruku adalah Cinta,
tentu guruku takkan biarkan
ku tumbuh jadi seorang bodoh.
Sumber:
seperti seekor singa perkasa,
mampu tundukkan musuh-musuhku.
Jika ku dapat
tundukkan diriku sendiri,
cukuplah itu bagiku.
Sungguhpun aku,
serendah-hitam tanah,
karena yang kurawat
adalah sebutir bibit
bernama Cinta,
kan kutumbuh-kembangkan
bunga lily putih di padang rumput.
Ketika aku dalam gelap gulita
merintihkan perpisahan,
selalu ku yakin
aku akan menembus,
menebarkan cahaya,
di tengah gelapnya malam.
Ada api bernyala dalam diriku,
walau ragaku pucat dan lusuh.
Karena aku akan membubung naik,
bagai asap,
keluar menembus penjaraku.
Aku seorang anak kecil,
guruku adalah Cinta,
tentu guruku takkan biarkan
ku tumbuh jadi seorang bodoh.
Sumber:
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 1523.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili, dalam Rumi: Fountain of Fire, Burning Gate Press, 1994.
http://ngrumi.blogspot.com
Post a Comment Disqus Facebook