KHALWAT BERSAMA RABB
Seorang hamba, yang tengah dirundung kesulitan, mengeluh, dengan berbagai cara kepada Rabb-nya
Dan Rabb berkata, "bukankah dengan semua derita dan sakitmu, engkau menjadi berdoa dengan berendah hati kepada-KU"
Seharusnya yang engkau keluhkan adalah semua kelimpahan yang engkau terima, yang menyebabkan engkau menjauh dari Pintu-KU
Sejatinya, musuhmu adalah obat bagi-mu : dia ramuan penyembuh-mu dia hadiah untuk-mu dia yang menguasai hati-mu karena dia engkau bergegas ber-khalwat bersama Rabb-mu dan sepenuh diri berusaha mencari Rahmat-Nya
AKAN JADI APA DIRIKU
Aku tumbuh dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan dan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian? kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti Malaikat
Kemudian melambung lebih tinggi dari Malaikat
Apa yang tidak dapat kau bayangkan
Aku akan menjadi itu
NUBUWAH CINTA DARI RUMI
Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia kenapa aku mesti takut? maut tak menyebabkanku berkurang! namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia dan melambung bersama Malaikat,
dan bahkan setelah menjelma Malaikat Aku harus mati lagi;
segalanya kecuali Tuhan akan lenyap sama sekali apabila telah ku korbankan jiwa Malaikat ini,
aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami O;................... biarlah diriku tak ada sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci,
"Kepada-Nya kita akan kembali".
KEKASIH
Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih dan mengetuk.
Ada suara bertanya, "siapa disana?".
Dia menjawab, "ini aku".
Sang suara berkata, "tidak ada ruang untuk Aku dan Kamu."
Pintu tetap tertutup
Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali dan mengetuk lagi.
Suara dari dalam bertanya, "siapa disana?"
Dia berkata, "inilah Engkau." maka sang pintu pun terbuka untuknya.
KEMBALI PADA TUHAN
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak; maka merangkaklah kepada-NYA!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; karena Tuhan dengan Rahmat-NYA akan tetap menerima mata uang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji ayuhlah datang, dan datang lagi karena Tuhan telah berfirman : "Ketika engkau melambung ke angkasa dan terpuruk ke dalam jurang Ingatlah kepadaku, karena akulah Jalan itu"
'MATI' SEBELUM ENGKAU MATI
Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu;
Rumi Kau sudah banyak menderita tapi kau masih terbalut tirai karena kematian pokok segala dan kau belum memenuhinya deritamu tak kan habis sebelum kau 'Mati' kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga ketika dua dari seratus anak tangga hilang kau terlarang menginjak atap bila tali kehilangan satu elo dari seratus kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan mampu menghancurkan perahu sebelum kau letakkan "mann" terakhir..... perahu yang sudah hancur berkeping-keping akan menjadi Matahari di Lazuardi karena kau belum 'Mati' maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi sebelum gemintang bersembunyi arahkan tombak pada dirimu lalu 'hancurkan'lah dirimu karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu....
Wahai mereka yang memiliki ketulusan.... jika ingin terbuka 'tirai' pilihlah 'kematian' dan sobekan 'tirai' bukanlah karena 'kematian' itu kau akan masuk ke dalam kuburan akan tetapi karena 'kematian' adalah perubahan untuk masuk ke dalam Cahaya Ketika manusia dewasa, matilah masa kecilnya ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi--nya ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri Nestapa.
Seorang hamba, yang tengah dirundung kesulitan, mengeluh, dengan berbagai cara kepada Rabb-nya
Dan Rabb berkata, "bukankah dengan semua derita dan sakitmu, engkau menjadi berdoa dengan berendah hati kepada-KU"
Seharusnya yang engkau keluhkan adalah semua kelimpahan yang engkau terima, yang menyebabkan engkau menjauh dari Pintu-KU
Sejatinya, musuhmu adalah obat bagi-mu : dia ramuan penyembuh-mu dia hadiah untuk-mu dia yang menguasai hati-mu karena dia engkau bergegas ber-khalwat bersama Rabb-mu dan sepenuh diri berusaha mencari Rahmat-Nya
AKAN JADI APA DIRIKU
Aku tumbuh dan terus tumbuh seperti rumput;
Aku telah alami tujuhratus dan tujuhpuluh bentuk.
Aku mati dari mineral dan menjadi sayur-sayuran;
Dan dari sayuran aku mati dan menjadi binatang.
Aku mati dari kebinatangan dan menjadi manusia.
Maka mengapa takut hilang melalui kematian? kelak aku akan mati
Membawa sayap dan bulu seperti Malaikat
Kemudian melambung lebih tinggi dari Malaikat
Apa yang tidak dapat kau bayangkan
Aku akan menjadi itu
NUBUWAH CINTA DARI RUMI
Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia kenapa aku mesti takut? maut tak menyebabkanku berkurang! namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia dan melambung bersama Malaikat,
dan bahkan setelah menjelma Malaikat Aku harus mati lagi;
segalanya kecuali Tuhan akan lenyap sama sekali apabila telah ku korbankan jiwa Malaikat ini,
aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami O;................... biarlah diriku tak ada sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci,
"Kepada-Nya kita akan kembali".
KEKASIH
Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih dan mengetuk.
Ada suara bertanya, "siapa disana?".
Dia menjawab, "ini aku".
Sang suara berkata, "tidak ada ruang untuk Aku dan Kamu."
Pintu tetap tertutup
Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali dan mengetuk lagi.
Suara dari dalam bertanya, "siapa disana?"
Dia berkata, "inilah Engkau." maka sang pintu pun terbuka untuknya.
KEMBALI PADA TUHAN
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak; maka merangkaklah kepada-NYA!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; karena Tuhan dengan Rahmat-NYA akan tetap menerima mata uang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji ayuhlah datang, dan datang lagi karena Tuhan telah berfirman : "Ketika engkau melambung ke angkasa dan terpuruk ke dalam jurang Ingatlah kepadaku, karena akulah Jalan itu"
'MATI' SEBELUM ENGKAU MATI
Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu;
Rumi Kau sudah banyak menderita tapi kau masih terbalut tirai karena kematian pokok segala dan kau belum memenuhinya deritamu tak kan habis sebelum kau 'Mati' kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga ketika dua dari seratus anak tangga hilang kau terlarang menginjak atap bila tali kehilangan satu elo dari seratus kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan mampu menghancurkan perahu sebelum kau letakkan "mann" terakhir..... perahu yang sudah hancur berkeping-keping akan menjadi Matahari di Lazuardi karena kau belum 'Mati' maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi sebelum gemintang bersembunyi arahkan tombak pada dirimu lalu 'hancurkan'lah dirimu karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu....
Wahai mereka yang memiliki ketulusan.... jika ingin terbuka 'tirai' pilihlah 'kematian' dan sobekan 'tirai' bukanlah karena 'kematian' itu kau akan masuk ke dalam kuburan akan tetapi karena 'kematian' adalah perubahan untuk masuk ke dalam Cahaya Ketika manusia dewasa, matilah masa kecilnya ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi--nya ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri Nestapa.
Post a Comment Disqus Facebook