Ketika sahabatnya (sekaligus gurunya), Shams mendadak pergi dan tak akan pernah kembali lagi untuk selamanya, Rumi mengalami kesedihan yang teramat dalam. Karena bagi Rumi, Shams adalah matahari yang luar biasa, matahari yang mengubah seluruh hidupnya, membakarnya, membuatnya menyala dan membawanya ke dalam cinta yang sempurna. Dalam sebuah syairnya, dia menggambarkan :
Malam berpakaian hitam,
untuk menunjukkan duka citanya.
Bagaikan istri yang bergaun hitam
setelah suaminya berlalu menjadi debu.
Sumber:
Diambil dari buku Akulah Angin Engkaulah Api (hidup dan karya Jalaluddin Rumi), Pengarang Annemarie Schimmel, Mizan, 2005
Post a Comment Disqus Facebook