Rumi Sufi

0
Kala itu, seorang pengembara tiba di suatu desa terpencil di pinggiran gurun pasir. Melihat keadaan desa yang tak asing, ia teringat pada seorang sahabat, yang dua dasawarsa tidak bertemu dengannya. Ia begitu rindu.

Segera pengembara itu mengayunkan kaki menuju rumah sahabatnya. Sampai di depan rumah ia langsung mengetuk pintu. “Siapa kamu?,” tanya si pemilik rumah. “Ini aku,” jawab si pengembara.

Tanpa diduga, dari dalam, si pemilik rumah berkata. “Kamu tidak boleh
masuk. Tidak ada tempat bagimu karena kepalsuan belum meninggalkan dirimu.
Kepalsuanmu harus dibakar habis di dalam api.”

Mendengar hal itu, si pengembara pun meninggalkan rumah sahabatnya.
Perasaannya masygul. Selama setahun ia berkelana tanpa tujuan. Dalam hati
dan perkataan si pengembara selalu menyebut nama sahabatnya. Ia memutuskan
kembali lagi ke desa terpencil itu.

Dengan hati-hati dan penuh rasa takut, Ia mengetuk pintu rumah. “Siapa
yang mengetuk pintu?,” kata sahabatnya dari dalam rumah. Si pengembara
langsung menjawab serasa memohon, “Oo…, kekasihku, ini adalah kamu yang
ada di depan pintu.” Tanpa harus menunggu, dari dalam terdengar suara
lagi. “Karena ini adalah aku, masuklah! Di dalam rumah ini tidak ada
tempat untuk dua Aku,” kata pemilik rumah selembut madu.

Kisah yang disadur dari puisi Jalaluddin Rumi, sufi besar itu mengibaratkan lika-liku kehidupan manusia di dunia dalam mengejar kepuasan nafsu.

Dunia, seakan kekal di mata manusia. “Seolah kita terus memburu kesenangan duniawi dan tenggelam di dalamnya.”

Manusia condong jadi lupa pada jati dirinya. Manusia terkadang lebih memusatkan perhatian pada dunia. Sampai-sampai melanggar hak orang lain dan tata nilai masyarakat, tak mereka rasakan.

“Orang-orang seperti ini sebenarnya bermimpi walaupun lahirnya terjaga.” Manusia baru tersadar ketika telah menuai bencana akibat perbuatan sendiri. Bencana atau musibah bisa menjadi pemicu mengembalikan manusia pada jalan kebenaran.

Setiap manusia memiliki kesadaran sebagai bayang-bayang Tuhan meskipun redup bak cahaya kunang. “Itulah manusia. Ia akan kembali ke Tuhan jika dibangunkan dengan musibah.

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Rumi Sufi Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





Terima kasih telah membaca Pencarian Jati Diri dalam Syair Rumi | Silahkan share Pencarian Jati Diri dalam Syair Rumi melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top