Aduhai dengar seruling buluh, betapa ia mengaduh
Dan betapa ia bertutur tentang pedihnya berpisah ....
Seperti Ali meniupkan napas
Ke kedalaman sumur. (D 2380)
Para pencinta, yang mengaduh seperti seruling buluh,
Dan Cinta seperti pemain seruling
Apa saja yang ditiupkan Cinta ini
Ke dalam Tubuh Seruling. (D 1936)
Bak Cintamu berlaku, sebagai musisi, maka aku harpa
Dan kadang biola, siang dan malam! (D 302)
Jibril menari,
Karena cinta pada keindahan Tuhan,
Jin paling hina, “ifrit, juga menari
Karena cinta kepada jin perempuan! (D 2763)
Bertepuk tangan, Akal Universal
Menari, bagian dari Keseluruhan.
Ketika Syamsi Tabriz menata alkitab Al-Quran “Hati,”
Tarian, tanda-tanda baca
Menjejak-jejakkan kakinya (D 2282)
Duhai mari, duhai mari! Dikaulah jiwa
Dari jiwanya yang berputar!
Duhai mari! Dikaulah Cypress yang tinggi
Di taman-taman bunga tarian berputar!
Duhai mari! Karena tak pernah
Dan tidak akan pernah ada yang seperti dikau!
Mari, yang sepertimu tak pernah melihat
Mata-merindu dari tarian berputar!
Duhai mari! Mata Air Matahari
Tersembunyi di bawah bayang-bayangmu!
Milikmu seribu bintang Venus
Di lelangit-melingkarnya tarian berputar!
Tarian berputar melantunkan pujianmu
Dan bersyukur dengan seratus lidah yang fasih:
Akan kucoba mengatakan satu, dua hal
Yang menerjemahkan bahasa tarian berputar.
Sebab bila engkau mulai menari
Kau tinggalkan kedua dunia ini
Sebab di luar kedua dunia ini ada
Alam semesta tarian yang berputar, yang berujung.
Atapnya tinggi,
Yaitu di alam ketujuh,
Jauh di luar atap ini berdiri
Tangga, tarian berputar.
Apa pun yang ada disana, itu hanya Dia,
Kakimu melangkah ke sana dalam tarian:
Ketahuilah, tarian berputar ini milikmu,
Dan dikau pun miliknya.
Bisa apa aku kalau Cinta datang
Mencengkeram leherku?
Kugapai ia, kudekatkan ke dadaku
Dan kuseret dalam tarian berputar!
Ketika butir-butir debu
Penuh cahaya mentari,
Mereka pun mulai menari, menari
Dan tak mengeluh dalam tarian berputar itu!
Sumber:
Diambil dari buku Akulah Angin Engkaulah Api (hidup dan karya Jalaluddin Rumi), Pengarang Annemarie Schimmel, Mizan, 2005
Post a Comment Disqus Facebook