Maulana Jalaluddin Rumi dalam salah satu syairnya berbicara tentang buncis yang dimasak.
Seorang guru "Mursyid' digambarkan sebagai seorang koki yang sedang memasak buncis agar enak dinikmati
Buncis-buncis adalah gambaran dari "Murid Thariqat" Salik, dimana saat masih mentah dan baru dimasukkan kedalam wajan, suka sekali meloncat-loncat bahkan ada yang hendak keluar karena masih kaku.
Kadang ada satu dua buncis yang meloncat keluar wajan, Lalu sang koki memasukkannya kembali, untuk dimasak dengan bumbu-bumbu yang lain agar terasa nikmat dan lezat
Kadangkala buncis-buncis itu perlu dihantam kepalanya agar tenggelam didalam wajan, agar tenang tidak meloncat-loncat ketika dimasak.
Nanti setelah buncis-buncis itu menjadi lemah lembut, Mereka akan senatiasa merindu saat-saat dimasak oleh sang koki
Api yang digunakan untuk memasak adalah lambang dari "dzikir dan suluk" yang diajarkan sang Mursyid, agar buncis-buncis dalam wajan cepat matang.
Post a Comment Disqus Facebook