Rumi Sufi

0

 


Yang Seribu dari Jiwaku

 

Wahai Tuhan Pemilik Keindahan, Pemilik Anugerah

Masukilah jiwaku

sebagaimana kau masuki kebun yang penuh bunga

 

Hanya sebab kerling-Mu batu berubah jadi manikam

Satu isyarat dari-Mu telah cukup untuk

mencapai setiap tujuan

 

Datang, datanglah. Engkaulah kehidupan dan pembebasan manusia

Datang, datanglah. Engkaulah mata dan cahaya Yusuf

Eluslah kepalaku. Sebab sentuhanmu mencahayai kegelapan tubuhku

 

Datang, datanglah. Engkau menganugerahkan keindahan dan rahmat

Datang, datanglah. Engkau penyembuh seribu jenis penyakit

Datang, datanglah. Meski belum pernah kau tinggalkan aku

tetaplah kemari dan dengarkanlah puisiku

sebab Engkaulah yang seribu jumlahnya dari jiwaku

 

Pergilah dan bawa serta kerinduan masa lalu

Engkaulah Kekasihku

 

Jika Raja tidak bersemayam di singgasana dunia ini

Yang ada hanya kegelapan dan kegamangan

 

Engkau bergembira dan hidup dengan napas-Nya

Engkau bergerak karena kekuatan yang mengalir dari cinta-Nya

Sekarang saatnya, seperti seniman, Engkau mencipta

Sekarang saatnya, seperti pelayan, engkau menyapu

 

Setiap yang Kau sentuh akan menuju

dan terbang bersama sayap-sayap bidadari

Namun, ingatlah, sayap-sayap itu tak cukup kuat

membawamu terbang menuju Tuhan

Sama seperti seekor kuda bagal yang dikendarai Nabi

Hanya cinta yang akan membawamu kembali menuju Tuhan

 

 

Awan Hitam

 

Luluhkan dirimu

Luluhkan dirimu dalam cinta

Ketika kau luluhkan dirimu dalam cinta

akan kau temukan segalanya

 

Luluhkan dirimu

Luluhkan dirimu

Jangan takut kehilangan

Karena engkau akan bangkit dari atas tanah

dan memeluk surga abadi

 

Luluhkan dirimu

Luluhkan dirimu

Larikan dirimu jauh-jauh dari bentukan tanah

Sebab tubuhmu adalah belenggu

maka engkau narapidana

Lemparkan dirimu keluar dari tembok penjara

dan berjalanlah bersama para raja dan pangeran

 

Luluhkan dirimu

Luluhkan dirimu di telapak kaki Raja yang mulia

Ketika kau luluhkan dirimu di hadapannya

engkau akan menjadi Raja

 

Luluhkan dirimu

Luluhkan dirimu

Berlarilah dari awan hitam yang menyelubungimu

Akan kau lihat cahayamu sendiri

bersinar seterang cahaya purnama

 

Sekarang masukilah kesunyian

Inilah jalan yang paling bisa kau percayai

untuk meluluhkan dirimu ...

 

Seperti apakah hidupmu, seperti apa? - Bukan apa-apa

selain perjuanganmu melawan seseorang

Bukan apa-apa, selain pelarianmu dari kesunyianmu

 

Siapa yang mengatakan bahwa yang abadi telah mati?

Siapa yang mengatakan bahwa Cahaya hidup telah redup?

Musuh matahari tinggal di atas atap

Dengan mata terpejam ia berteriak lantang,

"Matahari yang terang benderang telah mati!"

 

 

Seperti Ini

 

Jika seseorang bertanya

"Seperti apakah keindahan yang sempurna itu?"

Tunjukkan wajahmu padanya, lalu ucapkan

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya

"Seperti apakah bentuk bulan purnama?"

Panjatlah atap tertinggi, lalu berteriaklah lantang

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya

"Seperti apakah sayap bidadari itu?"

tersenyumlah kepadanya

Jika ia bertanya tentang aroma surga

Peluklah ia rapat-rapat, biarkan wajahnya

membusai rambutmu,

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya

"Bagaimana Isa menghidupkan orang mati?"

Jangan ucapkan apa-apa kepadanya walau

hanya sepatah kata --

Ciumlah pipinya dengan lembut,

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya

"Bagaimana rasanya terbunuh cinta?"

Pejamkan matamu, lalu sobeklah bajumu

Katakan padanya,

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya tentang rupaku

Tengadahkan wajahmu, lalu pandanglah

angkasa dengan matamu lebar terbuka

Seperti ini

 

Sesungguhnya jiwa memasuki satu jiwa lalu

jiwa lainnya

jika ia masih meragukannya pula

Masuklah dirimu ke rumahku

lalu ucapkan selamat tinggal kepadanya

Seperti ini

 

Kapan pun seorang pencinta mengisakkan tangisannya

Ia kisahkan kembali cerita kita

Dan Tuhan menekurkan kepala-Nya

mendengarkan

Seperti ini

 

Aku seperti gudang penyimpan harta berharga

Aku serupa dengan kepedihan pengingkaran pada diri

Agar kau bisa melihatku, arahkan

pandangmu lebih rendah, ke tanah

Lalu pandanglah surga

Seperti ini

 

Hanya angin sepoi saja yang mengetahui

rahasia penyatuan

Dengarkanlah suara lembutnya

membisikkan satu lagu bagi setiap hati

Seperti ini

 

Jika seseorang bertanya

"Bagaimana seorang pelayan akan dapat

meraih rahmat Tuhan?

menjadi lilin yang bersinar hingga terlihat setiap orang?"

Seperti ini

 

Aku juga ditanya tentang aroma tubuh Yusuf

yang memperjalankannya dari satu kota ke kota lainnya

Itulah aroma tubuhmu

yang ditiupkan Tuhan dari dunia-Nya yang sempurna

Seperti ini

 

Aku ditanya lagi tentang aroma tubuh Yusuf

yang membuka mata dan penglihatan yang buta

Itulah tiupan-mu

yang menyapu kegelapan dan menjernihkan

pandangan mataku

Seperti ini

 

Mungkin Syams akan lebih dermawan

Mengisi relung-relung hati kita dengan cinta

Mungkin ia akan menaikkan satu lengkung alisnya

dan melempar kita dengan satu lirikannya

Seperti ini

 

Jangan lagi kita percakapkan malam!

Pada lintasan hari-hari kita malam tak pernah singgah

Pada agama Cinta kita

tak ada agama dan tak ada cinta

Cinta ialah lautan Tuhan yang tak bertepi

Namun, alangkah mengherankan,

Ribuan jiwa tenggelam dalam lautan itu dan

berteriak lantang

"Tuhan tidak ada!"

 

Wahai mata, gosokkan kemejamu dalam darah

Wahai jiwa, gantungkan baju-bajumu pada

roda kehidupan dan kematian

 

Wahai lidah, biarkan Pencinta menyanyi

Wahai telinga, mabuklah oleh nyanyian-Nya

 

 

Yang tercinta

 

Ada sebuah tempat di mana kata-kata

menjadi sunyi

di mana bisikan-bisikan hati muncul dan

tak tertabiri

 

Ada sebuah tempat di mana suara

menyanyikan keindahanmu

sebuah tempat di mana setiap nafas

memahat dirimu

di jiwaku

 

 

Wahai Kekasih, Dekap Aku dalam Cintamu

 

Asap yang menari bersama cinta –

Wahai Kekasih, dekap aku seperti asap yang menari itu

Panas yang membakar dalam api

Wahai kekasih, dekap aku seperti panas membakar api

 

Lilin cintaku terbakar oleh rasa kangen

Seperti lelehan lilin ia menangis

Seperti sumbu lilin yang terbakar habis

Wahai kekasih, dekap aku seperti lilin yang

meleleh karena sumbunya terbakar api

 

Saat sekarang kita berjalan bersama menyusuri jalan cinta

Tak dapat kita tidur lagi malam-malam

Di rumah penginapan pemusik menabuh genderang dan drum –

Wahai Kekasih, dekap aku seperti pejalan dan pemusik itu

 

Malam gelap, para pecinta tak terlelap

Jangan ganggu mereka dengan keinginan untuk tidur sejenak

Satu yang mereka inginkan, di sini bersama kita

Wahai Kekasih, dekap aku seperti para pencinta luapkan cinta

 

Penyatuan diri bagaikan sungai yang mengalir dengan

sepenuh godaan menuju laut

Malam nanti bulan akan mencium bintang-bintang

Majnun menjelma Laila –

Wahai Kekasih, dekap aku seperti mereka

 

Tuhan adalah segalanya

Ia menganugerahi kebaikan bagi penyair itu

Segala yang kusentuh dan kulihat berubah menjadi nyala cinta

Wahai Kekasih, dekap aku dalam pernyataan cinta yang serupa

 

Pada hari cintamu menyentuhku

Aku menjadi gila hingga kawanan orang gila

menjauhiku dan lari dariku

 

Kata-kata dari sang pujangga tak kan pernah menawan

mantra yang kau sorotkan ke jiwaku lewat gerak alis mata

 

 

Penghinaan Suci terhadap Tuhan

 

Berangkatlah dan belajarlah

Arah jalan yang ditempuh para pecinta

berlawanan arus dengan arah yang bukan pecinta

Kebohongan Sahabatku

tetap terasa lebih jujur daripada kejujuran

dan kebaikan hati teman-temanku

 

Bagi Dia

Yang mulanya serasa tak mungkin digapai

menjadi biasa-biasa saja

Mudah saja

Hukuman menjadi hadiah

Tirani menjadi keadilan

Cacian menjadi pujian

Kekasaran sikapnya terasa lembut

Penghinaannya terasa tulus suci

Darah yang menetes dari luka tusukan duri Kekasih

lebih merah dari merahnya kuntum-kuntum mawar dan basil

 

Saat wujud-Nya pahit, nyatalah lebih manis terasa di lidah

daripada warung penjual manisan dan gula-gula

Saat Dia memalingkan wajah, terasa hangat peluk ciumnya

Saat Dia mengucapkan, “Demi Tuhan, cukup sudah

kedekatan kita di sini.”

Nyata kurasakan ucapannya itu bagai sumber air abadi yang

mengalirkan air kehidupan

 

Sepatah kata “Tidak” yang meluncur dari bibirnya,

serupa seribu patah “Ya”

Pada lorong yang meniadakan kehadiran diri

Ia berlaku bagai seorang asing

padahal sesungguhnya ia Sahabatmu yang

paling kau sayangi

 

Pengingkaran pada janji itulah tanda kesetiaan

Batu-batu di genggamannya itulah permata

Tuntutan pengembaliannya itulah tanda pemberian

Kekejamannya itulah kemurahan hati

 

Engkau boleh menertawakanku dan mengolokku

“Lorong yang kau tempuh penuh kelokan dan simpangan!”

Benar sekali – sebab pada lengkung alis-Nya

Aku memperniagakan cinta dalam jiwaku!

 

Lorong yang melengkung itu membuatku

benar-benar mabuk

Ayolah, hatiku yang mulia, tamatkan bait

syairmu dalam kesunyian

 

Wahai Syams, Pangeran dari negeri Tabriz,

Kemanisan apa lagi yang akan kau tuangkan ke dalam hidupku –

Yang sungguh-sungguh perlu kukerjakan ialah membuka

mulut lebar-lebar dan melagukan semua nyanyianmu

 

Setiap hari hatiku menjeritkan tangis ratapan

Setiap malam hatiku menjadi batu

 

Kisah cintaku tertulis rapi di wajahku dengan tinta darah

Kuminta Kekasihku membacanya

Ia memintaku untuk melupakannya seolah

tak pernah ada

 

Gundukan khayalanmu yang menggunung

tak lebih dari sekedar tumpukan remah-remah roti

Kedatangan dan kepergianmu

tak lebih dari sekedar permintaan maaf basa-basi

Dalam sesaat

kau dengarkan cerita hatiku

Bagimu tak lebih dari cerita karangan hantu

 

 

Roti Mesir

 

Puisiku seperti roti Mesir –

Jika tak habis disantap dalam semalam, ia akan basi

Ambillah sebagian dari puisiku selama ia masih segar

Sebelum puisiku mengering terkena udara terbuka

 

Kata-kataku muncul dari kehangatan hati

Mereka menghilang oleh sebab dinginnya dunia

Seperti ikan yang berada di tanah kering tandus

Menggelepar sebentar lalu mati

 

Jika kau ambil kata-kataku tanpa kau cerna

Engkau sendirilah yang harus memberikan

warna pada setiap kebenaran

dengan pikiran dan anganmu

Wahai manusia, engkau minum dari cangkir yang kosong

sedangkan anggur yang amat berharga

mengalir lewat saluran tong

Engkau minum langsung dari sumur khayalanmu

seraya kau semburkan kata-kata yang manis dan bijak ini

 

Jika tetap kau makan roti yang sudah basi

karena kau anggap roti itu masih baik

yang kau rasakan tetap sama: sakit perut

 

 

Ia Memberiku Anggur Agar Aku Turut Mencicipi Rasanya

 

Jangan berputus asa jika Kekasih mengusirmu

sebab bila Ia mengusirmu hari ini

berarti Ia akan menghampiri dan

merangkulmu lagi esok hari

 

Jika Ia membanting pintu saat kau permisi di ambangnya

Jangan pergi dulu, tunggulah sebentar –

engkau akan segara dapat berdiri menyisi-Nya

Jika Ia memasang sekat pada lorong-lorong rumah

Jangan kehilangan harapan –

Sebab Ia ingin menunjukkan padamu sebuah

jalan rahasia yang tak seorang pun tahu

 

Tukang jagal memotong kepala seekor domba

untuk disembelih dan disantap dagingnya

Bukan untuk dibuang!

Ketika domba itu telah kehilangan semua nafas hidupnya

Si tukang jagal meniupkan nafas hidupnya untuk si domba

Wahai, Hidup sebagai apakah yang dibawa

oleh nafas Tuhan kepada-mu!

 

Namun keserupaan harus berhenti di sini –

Sebab kedermawanan Tuhan jauh lebih dari

kedermawanan tukang jagal itu

Tiupan nafas Tuhan tidak pernah

membawa pada kematian

Ia anugerahkan kekayaannya kepada Sulaiman

untuk disampaikan kepada seekor semut kecil

Ia berikan semua harta yang tersimpan di dua dunia

kepada siapa pun yang meminta dari-Nya

Ia memberi dan akan selalu memberi

Namun kemurahannya tak menyentuh sebuah hati

 

Aku telah memperjalankan langkah ke semua tepian bumi

namun tak kutemukan seorang pun yang serupa dengannya

Siapa yang akan sesuai menjadi pasangan-Nya?

Siapa yang akan mampu memegangi lilin kemuliaan-Nya?

 

Kesunyian!

Ia telah memberi kita anggur untuk kita cicipi

tidak untuk kita perbincangkan bagaimana rasanya …

 

Ia memberi untuk kita hirup

Ia memberi untuk kita cicipi

Ia memberi untuk kita nikmati

 

Saat kita terikat begini. Ia tambahkan belenggu lagi.

Saat kita menderita, Ia tambahkan keluhan

Saat kita tersesat di dalam rumah kaca

Ia putarkan kita melingkar dan melingkar

tak putus-putus

Lalu ditambahkannya sebuah cermin lagi

 

Wajahku memucat karena marah – jangan tanya mengapa!

Airmataku mengalir seperti biji delima – jangan kau tanya mengapa!

 

Siapa yang mempedulikan apa yang terjadi dalam rumahku?

Ada tetesan darah di ambang pintunya – jangan tanya kenapa!

 

 

Nyanyian Rumput Gelagah

 

Dengarkanlah nyanyian rumput gelagah

Dengarkan sungguh-sungguh ratapan

kesedihan berpisah dari sang Kekasih

 

“Semenjak aku direnggut dari kayu ranjang tidurku

Lagu dukaku menyentuh hati setiap lelaki

dan wanita, mereka meratap bersamaku

Kucari hati yang terluka pedih karena perpisahan

Hanya merekalah yang paham akan rasa

luka sebab rasa rindu yang menggebu

Siapa pun yang meninggalkan tanah kelahiran

akan merindukan suatu hari untuk kembali pulang

Di tengah orang-orang yang berwajah gembira maupun sedih

Aku lantunkan nyanyian ratap tangis

Setiap orang boleh mengartikannya dengan

makna masing-masing

Tak seorang pun pernah menyelidiki rahasia

dalam diri ini

Rahasiaku ada di ratapanku

yang diketahui oleh mata dan telinga yang

mempunyai cahaya saja”

 

Gemerisik suara gelagah berasal dari api

bukan dari angin yang menggoyangkan rumpunnya

Apalah arti hidup manusia tanpa api?

Api cintalah yang mengantarkan musik

kepada gelagah

Aroma cintalah yang memberi rasa pada anggur

Nyanyian gelagah meneduhkan luka jiwa

karena hilangnya cinta

Nadanya menabiri hati

Apakah racun yang terasa lebih pahit

Ataukah gula yang terasa lebih manis

semanis nyanyian rumpun rumputan gelagah?

Untuk bisa mendengar lagu rumpun gelagah

Tinggalkan semua yang pernah kau tahu dan

pelajari dalam hidupmu

 

 

Di Kesunyian

 

Seorang penuntun telah memasuki hidup ini

diam-diam

Pesannya terdengar hanya dalam sunyi

 

Hiruplah anggurnya

Luluhkan dirimu

Jangan kau hinakan kebesaran cintanya

Sebab ia meringankan mereka yang menderita

dalam sunyi sepi suara

 

Beningkan permukaan cermin dengan tiupan nafasmu

Pergilah bersamanya, tanpa kata-kata

Ia mengetahui seluruh amalanmu

Dia adalah seseorang yang memperjalankan

roda suara

dengan diam sunyi kata

 

Setiap pikiran yang terkubur di hatimu

Akan diperlihatkannya padamu satu demi satu

dengan diam

 

Ubahlah setiap bentuk pikiranmu menjadi seekor burung

Biarkan mereka terbang ke bagian bumi yang lain

Yang satu burung hantu, satunya burung elang,

satunya lagi burung gagak

Masing-masing berbeda satu sama lain

Namun dalam sunyi mereka hakikatnya sama

 

Agar bisa memandang Bulan yang tak

terlihat mata telanjang

Arahkan pandanganmu ke dalam batinmu

Lihatlah dirimu

dalam diam

 

Di dunia ini dan dunia berikutnya

Jangan kau perbincangkan ini dan itu

Biarkan ia yang akan menunjukkan

semuanya kepadamu

gemerlap satu …. dalam diam

 

 

Tentang Jalaluddin Rumi

Tak ada biografi Rumi di buku ini. Tapi di bagian pengantar ada keterangan berikut: Rumi hidup dalam kemasyhuran. Ia menjabat sebagai rector pada sebuah Universitas di Anatolia, ibukota Konya (sekarang Turki). Pada usia tiga puluh empat tahun ia mempunyai ratusan murid setia, raja pun termasuk muridnya. Hal yang paling tak bisa dilupakan dan tercatat dalam sejarah hidup Rumi ialah sebuah peristiwa yang menandai perubahan dalam keseluruhan hidup Rumi selanjutnya. Yaitu, pertemuannya dengan seorang darwis pengembara yang bernama Syamsi Tabriz.

 

Catatan Lain

(Berdasarkan keterangan di sampul belakang buku) Rumi disebut-sebut sebagai tokoh sufi abad ke-13. Reynold A.J. Arberry, orientalis Inggris, menyebut Rumi sebagai penyair mistik terbesar sepanjang zaman: Pada diri Rumi kita masuki sebuah dunia milik para pujangga besar dunia. Kedalaman pikirannya, penguasaannya terhadap bahasa, mengukuhkannya sebagai seorang yang luar biasa jenius di dunia mistisisme Islam. Paus Yohanes XXIII, pada tahun 1958, pernah menulis pesan khusus: “Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan kepala penuh hormat mengenang Maulana.”

 

Saat ini pengikut Rumi, para Maulawi, termasyhur di Barat dengan sebutan The Whirling Dervishes (para darwis yang menari). 

 

Buku ini juga memuat daftar istilah dan simbolisme terkait sufisme di bagian akhirnya.

 

Syair Pilihan Jalan Menuju Cinta Maulana Jalaluddin Rumi, Penyair Mistik Terbesar Sepanjang Zaman dalam format Video Naratif dapat disimak melalui: YOUTUBE MISTIKUS CHANNEL | Yuk SUBSCRIBE, Klik dibawah ini:







Terima kasih telah membaca Syair Pilihan Jalan Menuju Cinta Maulana Jalaluddin Rumi, Penyair Mistik Terbesar Sepanjang Zaman | Silahkan share Syair Pilihan Jalan Menuju Cinta Maulana Jalaluddin Rumi, Penyair Mistik Terbesar Sepanjang Zaman melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

Post a Comment Disqus

 
Top