Rumi Sufi

0
Kesalahpahaman Terhadap Sufi
Sementara kaum yang anti Tarekat Sufi merasa telah bercermin dengan benar, padahal mereka tidak mengetahui jika cermin yang digunakan itu adalah cermin yang buram, retak, dan cara bercermin yang keliru. Ketika mereka menuding orang lain, sesungguhnya mereka sedang menuding diri sendiri. 

Kata-kata yang muncul dari para Sufi sesungguhnya harus difahami menurut kesimpulan Bathiniyah dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya ketika seseorang mempraktikkan Ihsan, “Seakan-akan engkau melihat Allah, dan jika tidak melihatNya, Allah melihatmu” pastilah menimbulkan pantulan cahaya Ubudiyah yang agung dengan sesuai dengan kondisi psikologis rohani masing-masing hamba Allah. Pantulan cahaya Ilahi inilah yang tidak boleh difahami oleh orang yang tidak pernah mengalami perjalanan rohani keimanan dan keihsanan. 

Mukasyafah atau keterbukaan Rahsia Ilahi adalah Hak Allah yang diberikan kepada yang dikehendakiNya. “Allah berbuat sebagaimana yang dikehendakiNya.” Termasuk menghendaki hambaNya untuk mengetahui yang ghaib, Rahsia takdir, dan Rahsia alam semesta raya, baik yang fisik maupun yang metafisik.

Diantara Rahsia yang dianugerahkan oleh Allah kepada para Sufi adalah mengenal Rahsia huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an. Sebab, hakikat huruf-huruf itu adalah Asma’ Allah, dipastikan memiliki hubungan korelatif dan apresiatif secara berkuasa dengan kehidupan hamba, alam semesta bumi langit seisinya, dan alam akhirat, bahkan Asma’, Sifat, Af’al dan DzatNya.

Mereka menuduh bahwa kaum Sufi menjauhi Qur’an dan Hadits, lalu mendahulukan mukasyafah. Ini tuduhan yang salah besar, karena seluruh aspek Mukasyafah sesungguhnya merupakan penafsiran dari Al-Qur’an dan Sunnah itu sendiri. Setiap Mukasyafah harus ditimbang dengan Qur’an dan Sunnah, hal demikian sangat popular di kalangan Sufi. Karena itu dalam dunia Sufi, sangat dibedakan mana yang bisikan Jin, Syaitan, Malaikat, Ilham, dan yang langsung dari Allah.

Ibnu Abbas ra, sendiri telah menegaskan bahwa dirinya diberi Ilmu oleh Allah Ta’ala, sebagian boleh disebarkan (umum), dan sebagian bila disebarkan justru ia akan dikafirkan dan dibunuh oleh banyak orang. Artinya, aspek Mukasyafah sangatlah individual, dan memang tidak boleh diungkapkan kecuali pada ahlinya atau orang tertentu yang relevan dengan manfaat dunia akhiratnya.

Mengenai Wihdatul Wujud, Hulul, Al-Faidl (ilmuniasi), sesungguhnya justru tidak ada dalam dunia Sufi. Yang ada adalah Wihdatus Syuhud. Orang yang pertama kali mengatakan Wahdatul Wujud adalah Ibnu Taymiyah yang memang anti dengan pengalaman Dunia Sufi. Ia menuduh Sufi itu Wahdatul Wujud, sebuah tudingan yang jauh dari pengalaman rohani Sufistik. Karena Wahdatul Wujud sering diartikan dengan panteisme, sedang konsep Sufi tentang penyatuan hamba dan Allah jauh dari panteisme. Penyatuan itu bersifat rohani dan musyahadah (penyaksian mata hati, mata ruh dan mata Rahsia batin. Bukan wujud fisik). Hal demikian pun diuraikan secara lembut melalui kaidah-kaidah Sufi agar tidak menyimpang dari Tauhid, sebagaimana dijelaskan secara rinci oleh Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam kitab Al-Hikam

Kalau kita membaca Al-Qur’an dengan pandangan kulitnya, formula dan penafsiran ayat belaka, maka kita pun ketika memahami wacana Sufi juga akan terjebak sedemikian rupa. Karena itu dalam tradisi Sufi harus ada Mursyid Kamil Mukammil yang membimbing, agar mereka tidak terkena ghurur (tipudaya) dalam menempuh perjalanan menuju kepada Allah. Tidak begitu mudah orang memahami pandangan Ibnu Araby, Abu Yazid al-Bisthamy, Junaid al-Baghdady, Bisyr Al-Hafy, Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, Abdul Karim al-Jily, Al-Hallaj, maupun Abul Hasan asy-Syadzily

Bagaimana anda bisa memahami arti tenggelam di lautan, sementara anda belum pernah tenggelam, dan hanya mendengarkan kisah tentang orang tenggelam saja? Tiba-tiba anda sudah merasa tenggelam?

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Rumi Sufi Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





Terima kasih telah membaca Kesalahpahaman Terhadap Sufi | Silahkan share Kesalahpahaman Terhadap Sufi melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top