Rumi Sufi

0
Debu dan pasir membara.
Biarlah wajahmu menunduk sampai menyentuh pasir yang panas dan debu jalanan, karena semua yang terluka oleh cinta harus tergambar di wajah mereka, dan goresan luka itu harus terlihat. Biarkan goresan luka itu dikenali orang-orang di jalan cinta.

(NABI MUHAMMAD SAW)

Jalan Cinta Rumi
Dipandang sebagai sebuah biografi, novel ini memang tidak bisa dijadikan rujukan untuk melihat perjalanan hidup seseorang. Namun ada satu hal yang dimiliki buku semacam ini dan jarang dimiliki sebuah buku biografi, novel biografis ini bisa menjadi biografi emosional yang memiliki potensi mengajak pembaca untuk merasakan perjalanan perasaan Rumi. Kerinduan, keterpisahan, ketersiksaan, perjumpaan, kebersatuan, serta ketunggalan (wahdah). Semua menjadi anak tangga yang telah dilalui Rumi menuju puncak perjalanan spiritualnya, bagaimana segalanya dapat dirasakan sebagai 'tajalliyat' Tuhan.

Kecemburuan yang telah menyebabkan 'hilangnya' Syams Tabriz, meminjam paradigma Rumi, disebabkan ketidakmampuan orang-orang yang cemburu untuk melihat `Yang' di balik yang tampak, hingga dalam salah satu syairnya Rumi mengungkapkan, "Apalah arti M-A-W-A-R, tapi carilah Yang punya nama." Melalui peribaratan ini, semua yang terlihat hanyalah penanda (signifier) atau ayat yang harus diikuti untuk mengetahui, memahami, dan merasakan kehadiran petanda (signfied) yang tak lain adalah asal dari semua yang ada, Allah swt.

Dalam salah satu halamannya, Nigel Watts mengekspresikan pandangan Rumi tentang segala yang dilihatnya, yang tentu saja sudah bukan pandangan awam, melainkan pandangan seorang Sufi pada maqam tertinggi yang telah mampu melihat entitas di balik segala yang tampak, dan segala yang tampak tak lebih dari sebuah fenomena belaka yang menunjuk pada entitas eksistensial yang sebenarnya. Bagi Rumi, termasuk para sufi pada maqam tertingi serupa, tidak akan pernah melihat sesuatu sebelum melihat Allah, tidak akan pernah mendengar sesuatu sebelum mendengar Allah. Itulah sebabnya, ketika mendengar bunyi embek seekor kambing Rumi merasakannya sebagai ucapan Basmalah; kokok ayam jantan terdengar sebagai takbir; bunyi seekor merpati sebagai seruan kepada-Nya. Ringkasnya, berbagai suara dan bunyi terdengar sebagai dzikir mengingat Allah.

Diriwayatkan, suatu ketika Rumi berjalan di suatu lembah, dari kejauhan dia mendengar pandai besi tengah menempa benda-benda besi. Telinga awam mendengar bunyi itu sebagai beradunya dua lempengan besi belaka, tapi bagi telinga Rumi itu terdengar sebagai dzikir yang menyebut asma Allah.

Maka mendengar hal demikian, serta merta Rumi mulai melakukan tarian berputar dan tenggelam dalam jadzab (kemabukan) pada Tuhan.

Dalam konteks demikian perlu dicatat bahwa, berbagai fenomena yang ditangkap indera sebagai Allah tak lain hanyalah manifestasi (tajalliyat) Allah semata, bukan Allah itu sendiri Allah berkenan menampakkan kesempurnaan diri-Nya dalam berbagai fenomena yang ditunjukkan kepada semua makhluk-Nya. Tapi sayang, tidak semua makhluk-Nya mampu melihat fenomena yang ada di balik fenomena tersebut. Mata telanjang yang tidak terlatih (riyadlah) tetap akan buta pada realitas hakiki di balik segala yang tampak. Itulah sebabnya, beberapa komunikasi atas pengalaman spiritual sering menyebabkan kesalahpahaman pada orang awam yang tidak dibekali minimal dengan ilmu dasar tentang tasawuf. Demikian pula dengan yang dikemukakan Nigel Watts bahwa semua adalah Allah, harus dipahami bahwa semua adalah tajalliyat Allah, bukan Allah dalam arti Dzat, atau Sifat an sich.

Semoga biografi emosional atau novel biografis ini dapat memberikan pengaruh positif dalam kehidupan spiritual para pembaca.

.....Bersambung..... Sebuah Pengantar

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Rumi Sufi Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





Terima kasih telah membaca Jalan Cinta Rumi: Sebuah Catatan | Silahkan share Jalan Cinta Rumi: Sebuah Catatan melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top