Rumi Sufi

0
Siapa yang tak kenal namanya, seorang tokoh sufi yang terkenal karena keanehannya dan juga kedekatannya dengan Jalaluddin Rumi yang merubahnya dari seorang ulama biasa menjadi seorang sufi penyair mistik yang terkenal sampai sekarang ini, namun kisahnya sendiri tak banyak yang mengetahui, Rumi Sufi mencoba menghadirkan manaqib beliau yang disadur dari berbagai sumber.

Syamsuddin Tabrizi atau masyarakat biasa memanggilnya Syams Tabriz (matahari dari Tabriz) dilahirkan di Kota Tabriz di Persia pada Tahun 1148 M.

Konon ada yang bilang; “dia seorang wali terbesar pada zamannya” (Kana Farid Zamanihi fi al-Wilayah wa Kasyf al-Qalb). Akan tetapi ia merasa tak pernah puas atas pengetahuannya sendiri. 

Sejak masa kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan kejeniusan yang luar biasa. Jangankan bermain, ia justru malah menghadiri Majelis Pengajian dan belajar tentang Syekh-syekh Sufi dimasa lalu.
Di usia yang masih sangat muda, ia merasakan kerinduan dan mencari-cari sang kekasih dalam dirinya. Karena tidak ada seorang anak sebaya pun yang bisa memahaminya, ia sering menghabiskan waktunya sendirian. Karena itulah, Syams selalu kelihatan murung dan sedih.

Banyak yang mengira bahwa kemurungan dan kesedihannya lantaran keinginannya tidak tercapai, sebagaimana lazimnya terjadi pada diri anak muda. Hingga pada suatu ketika ada yang bertanya kepadanya mengenai perihal kesedihannya, ‘Mengapa engkau murung dan sedih? Apakah engkau menginginkan baju-baju terbuat dari perak dan emas?, kemudian Syams menjawab, ‘Tidak, aku menginginkan seseorang yang bisa menanggalkan ataupun melepaskan apa yang sudah kukenakan ini,”. Maksud dari ucapannya adalah bahwa ia menginginkan agar baju egoisme, ke Aku an, sifat mementingkan diri sendiri, sifat merasa paling benar ini dihilangkan dari jiwanya. Seseorang yang mendengar jawaban demikian dari Syams tidak sanggup memahami makna-makna terdalam di balik kata-katanya dan sudah pasti banyak yang menganggapnya sebagai orang yang tidak waras. Banyak diantara mereka yang tidak mampu mengenal sifat-sifat egoisme mereka, bahkan ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah manusiawi, mana mungkin bisa ditanggalkan, namun pada kenyataannya perkataan mereka hanyalah suatu alasan untuk pembelaan diri dari segala perbuatan-perbuatan mereka sendiri.

Dalam usianya yang belasan tahun, Syams melewati periode susah tidur dan kehilangan nafsu makan selama lebih dari sebulan. Ketika di tanya mengapa Ia tidak makan dan tidak tidur, ia menjawab, “Mengapa aku harus makan dan tidur, Jika Allah yang menciptakan diriku ini, tidak berbicara untuk memerintahkan aku secara langsung? Apa perlunya aku makan dan tidur? Jika Dia (Allah) sudah mau berbicara kepadaku secara langsung dan aku mengetahui mengapa aku diciptakan, dari mana asalku, dan kemana aku kembali, barulah aku mau makan dan tidur.” Pada masa itu kegilaan yang dialami Syams, oleh para sufi sering disebut masa Kecintaan Sejati, perasaan seperti itu sering muncul ketika kerinduannya kepada Tuhan menjadikannya tidak perduli pada berbagai kebutuhan fisik.

Ketika Syams beranjak dewasa, ia pernah belajar kepada seorang guru sufi, Abu Bakar Silah-Baf, dan ia mulai di didik dalam menempuh berbagai tahap jalan spiritual. Namun tak lama kemudian sang guru pun menyadari bahwa Syams telah mencapai kedudukan yang sangat tinggi sehingga tidak perlu lagi ia menjadi Murid. Atas saran dan anjuran gurunya, Syams mulai mencari murid sendiri, yang bisa melanjutkan dan menghidupkan segenap harapan dan cita-citanya. Lalu mulailah Syams mengembara dari satu kota ke kota lainnya dan dari satu negeri ke negeri yang lainnya.

Sewaktu singgah di Baghdad, Syams berjumpa dengan Auhaduddin Kermani, seorang syekh Sufi yang berkeyakinan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tingkatan spiritualitas tinggi adalah dengan memperhatikan dan mengamati sifat-sifat Ilahi dalam wirid Asma Allah dan dalam berbagai keindahan Makhluk-Nya.

Lalu kemudian terjadi diskusi antara keduanya, singkat kata ada pernyataan Syams yang sangat mempengaruhi Syekh tersebut. sehingga ia meminta agar Syams mau menerimanya sebagai Murid.

Syams: Engkau tidak akan sanggup dan tidak akan kuat bersamaku.
Syekh Sufi: Kekuatan itu ada dalam diriku, Tolong terimalah aku menjadi muridmu.
Syams: Jika engkau memaksa juga, baiklah!, kalau begitu bawakan aku sekendi anggur atau arak yang paling memabukkan didaerah ini, dan sebagai awal perjumpaan kita marilah kita mabuk bersama sambil menikmati cahaya bulan di atas pasar Baghdad ini.

Karena merasa takut pada pandangan masyarakat dan malu jika di lihat oleh Murid-muridnya (lantaran minuman beralkohol itu haram dan dilarang dalam Agama Islam), Syekh pun menjawab,

Syekh Sufi: Aku tidak bisa melakukan ini!
Syams: Bagaiman bisa engkau menjadi muridku, sedangkan perintahku saja engkau tidak mau melaksanakannya, bagaimana jika perintah itu datang dari Allah?, Itulah sebabnya kubilang engkau tidak akan sanggup dan tidak kuat bersamaku. Bagiku engkau adalah penakut! Engkau tidak sanggup bergaul dengan para kekasih Allah dan para Wali Allah. Dan Aku hanya mencari seseorang yang tahu bagaimana mencapai dan menggapai kebenaran yang sesungguhnya.

Setelah itu Syams melanjutkan perjalanannya lagi. Dengan pakaiannya yang lusuh bagaikan seorang gelandangan, Ia sengaja datang ke Konya, ibu kota Anatolia, mencari seseorang yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya. Di tempat ini ia sering duduk di warung-warung dan kafe-kafe, sambil bercerita hal-hal aneh. Ketika tiba di Konya, ia menyewa kamar murah pada seorang pedagang gula di daerah itu. Di dalamnya hanya ada selembar tikar yang sudah lapuk dan sebuah kendi, tempat minum, yang sudah retak. Akan tetapi setiap keluar kamar, ia selalu meletakkan beberapa koin uang di depan kamarnya dan membawa kunci yang diikat pada saputangan, lalu diletakkan di belakang punggungnya, untuk menunjukkan bahwa ia seorang pedagang besar.

Pikiran-pikirannya sering membuat orang marah, karena tidak sama dengan pikiran umum. Kata-katanya lebih sering menggunakan bahasa metaforis yang tidak mudah dipahami orang pada umumnya, kecuali mereka yang terpelajar dan telah belajar sastra. Ia seperti Aththar, Fariduddin Aththar, penulis buku “Mantiq al-Thair” (Percakapan Burung) yang sangat terkenal itu.

Syams bertemu dengan Rumi ketika Rumi berusia 37 tahun. Mereka bertemu pada bulan November 1244. Saat itu Rumi di tengah perjalanannya menuju madrasah tempat Rumi mengajar, dengan mengendarai kuda bersama dengan murid-muridnya. Tanpa diduga, tiba-tiba Syams muncul dan langsung melemparkan sebuah pertanyaan yang sangat mengejutkan Rumi. pertanyaan Syams tersebut langsung menyentuh hati Rumi. Rumi pun tidak kuasa menjawab pertanyaan tersebut, hingga membuatnya (Rumi) terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Lalu Syams menjadikannya sebagai murid sekaligus teman dalam menempuh jalan spiritualnya. Mereka pun menghilang dari dunianya selama 3 bulan, Bagi sebagian masyarakat yang tidak memahaminya, menganggap bahwa kedekatan mereka merupakan suatu hubungan yang tak lazim dan tak pantas untuk ditunjukkan kepada khalayak umum. Padahal apa yang mereka pikirkan tentang kedekatan Syam dengan Rumi adalah salah, keadaan seperti ini hanya akan bisa dijelaskan kebenarannya bagi mereka yang mempunyai tingkat pemahaman tentang spiritual dan Kecintaan  yang sama seperti mereka...

Setelah perjumpaannya dengan Rumi, murid-murid​ Rumi tak menyukai kedekatan Syams dengan gurunya, Pada bulan Februari 1246, mereka mengusir Syams untuk pergi sejauh mungkin dari kehidupan Rumi. Atas perintah tersebut, Syams pergi menuju Damaskus.

Setelah Rumi mengetahui kepergian Syams karena ulah dari murid-muridnya sendiri, Rumi menjadi sangat marah atas perlakuan murid-muridnya yang dianggapnya telah berbuat kasar terhadap guru spiritualnya tersebut. Hal tersebut dilakukan atas dasar cinta yang Rumi rasakan terhadap Syams yang sangat besar, sehingga Rumi tidak sanggup untuk pisah dari Syams, begitu juga sebaliknya. Rasa cinta mereka tidak dapat terlihat, siapa yang sebagai kekasih dan siapa pula yang menjadi terkasih.

Setelah Sultan Walad (putra Rumi) berhasil membujuk Syams, akhirnya pada bulan Mei 1247, Syams kembali lagi ke Konya. Akan tetapi, kembalinya Syams ke Konya kali ini tidak bertahan lama. Hal ini bukan yang pertama kalinya Syams mencoba untuk pergi jauh dari kehidupan Rumi karena perlakuan orang-orang yang tidak mengharapkan kehadirannya. Berkali-kali Syams pergi keluar dari Konya, dengan alasan demi perkembangan spiritual Rumi. Kepergian Syams yang pertama, ia curahkan dalam tulisannya yang berjudul Maqalat.

Suatu malam, di bulan Desember tahun 1247 ketika Syams sedang bersama Rumi di dalam rumah, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan berkata bahwa ada seorang sufi yang datang dari jauh ingin bertemu dengan Syams. Kemudian Syams pun keluar ruangan dan mengikutinya. Setelah itu, Syams tidak muncul-muncul lagi. Berbagai sumber telah menyebutkan bahwa hilangnya Syams karena telah dibunuh oleh Putera kedua Rumi, Ala’uddin, beserta kawan-kawannya yang merupakan murid-murid Rumi. Pembunuhan berencana tersebut disebabkan karena mereka tidak menginginkan kehadiran Syams di dalam kehidupan Rumi.

Syair Jalaluddin Rumi yang dipersembahkan untuk Sang Mursyid:

Tanpa ada kainmu yang mengikatku erat-erat tak mungkin aku dapat bersih dari dosa,
Tanpa kau tak mungkin aku bebas dari sedih dan segala duka-cita.
Aku terlempar dalam kebisuan badaniah ini, tapi kau mengerti secara rohaniah,
Karena aku punya kata-kata bersimbah darah di hatiku.
Dalam kebisuan lihatlah wajahku baik-baik,
Barangkali kau temui beribu jejak di pipiku.
Aku sudahi saja pujianku ini, selebihnya tetap biarlah bermukim dalam hatiku,
Bila kau masih mau mabukkan aku dengan mata nanar akan dapat kukatakan lagi padamu

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Rumi Sufi Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:





Terima kasih telah membaca Sang Matahari dari Tabriz | Silahkan share Sang Matahari dari Tabriz melalui media sosial. Untuk menyimak posting terbaru silahkan Like Facebook :
| Twitter : | Youtube Channel:
Info :
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Disqus

 
Top